Table of Contents
- Chapter 1: Kebohongan Bersampul Pernikahan
- Chapter 2: Api Kemarahan
- Chapter 3: Gara-Gara Ponsel Tak Aktif
- Chapter 4: Pikiran Negatif
- Chapter 5: Overthinking
- Chapter 6: Campur Tangan Pihak Ketiga
- Chapter 7: Teguran Keras Ayah Mertua
- Chapter 8: Gregory Abel, Serigala Tanah Lenin
- Chapter 9: Bibir Merah di Kerah Baju Suamiku
- Chapter 10: Undangan ke Rusia
Lates Chapters
Sindiran Halus
Mata Zivanna terbelalak saat melihat foto yang baru saja dikirim sang adik. “I-ini bukannya apartemen yang kutinggali? Kenapa Zevannya ada di sana? Apa yang sedang dia lakukan?” Beribu pertanyaan tersemat di pikiran Zivanna hingga tak sadar air panas yang sedang ia tuang mengenai…
Sebuah Usaha Keras
“Sabtu ini aku sendiri yang akan datang menjemputmu, Gregory Abel Romanov!” Kata-kata sang mama masih terngiang jelas di telinga Abel hingga berdenging. Tak habis pikir di usianya yang menginjak kepala 4, perlakuan sang mama padanya seperti anak kecil. “Sepertinya aku harus melakukan sesuatu!”…
Stalking
Saat jam pulang kantor, Ziva yang masih bekerja di lantai atas melihat sekilas sang adik sedang berjalan beriringan dengan Manajer HRD kantor mereka, Andre Sergei. Kedua matanya hanya melihat datar tanpa berpikiran negatif sedikitpun. Tak ingin mengurusi urusan sang adik, Ziva meneruskan pekerjaannya…
Mencari Tahu
Hugo sangat terkejut dengan permintaan adik Zivanna, terlebih yang jadi pikirannya dari mana Zevannya tahu soal apartemen itu, apakah tuan Abel yang mengatakannya? “Hmm, keadaan sepertinya akan semakin sulit. Dua saudari itu benar-benar buatku pusing,” gumam Hugo. Saat Zevannya telah keluar dari ruangan…
Permintaan Tak Terduga
Zivanna sangat terkejut bahkan hingga menjatuhkan ponselnya untuk kali kedua. Manik coklat indahnya terbelalak lebar melihat kiriman foto-foto dirinya dan tuan Hugo ada pada Rio. Bukannya ia takut untuk menghadapi kemarahan sang suami, tapi Ziva takut jika Rio akan bertindak nekat dan datang…
Comments
20 Chapters
Chapter 1: Kebohongan Bersampul Pernikahan
Seharusnya pernikahan ini adalah pernikahan pertama dan terakhir untukku agar tiada lagi pernikahan kedua, ketiga, dan seterusnya. Tapi ternyata, di luar sana aku menemukan samudera yang luas dan tenang, meski orang bilang samudra itu dalam dan ganas. Apakah aku salah jika menantang diriku…
ReadmoreChapter 2: Api Kemarahan
Sepasang manik hitam melihat dengan jelas interaksi yang tak biasa antara dosen dan mahasiswinya itu. “Kamu ngapain di sini, Arnold?” kemunculan Diani yang tiba-tiba membuat Arnold terkejut dan spontan menunjuk ke arah Rio serta mahasiswi yang sedang bersamanya. “Itu…” Diani tampak berpikir sejenak.…
ReadmoreChapter 3: Gara-Gara Ponsel Tak Aktif
Pertengkaran kecil Rio dan Diani sempat membuat beberapa mahasiswa serta beberapa dosen yang sedang lalu-lalang di tempat itu melihat ke arah keduanya. “Jangan mengancamku, Diani. Aku orang yang pantang untuk melupakan jasa orang lain, begitu pula dengan jasamu! Pasti akan kulunasi!” tegas Rio.…
ReadmoreChapter 4: Pikiran Negatif
“Z-Zivanna!!” Kedua mata Rio membulat sempurna. Tenggorokannya terasa tercekat saat melihat istrinya nyata berdiri di depannya. “Mas Rio! Kok bengong, sih!” Ziva mengibaskan tangannya dari seberang mobil. Diani melihat kejadian itu dengan sangat jelas dan tentu saja aura “hawa neraka” mulai ia rasakan.…
ReadmoreChapter 5: Overthinking
Keesokan paginya, Rio gegas bangun dari ranjangnya dan memeriksa ponselnya. Dia merasa jika semalam antara sadar dan tak sadar Ziva memegang ponselnya karena memang Rio sengaja tak memasang password di ponselnya. Apa Ziva semalam memeriksa ponselku, ya? Tapi, pesan ini sudah beberapa jam…
ReadmoreChapter 6: Campur Tangan Pihak Ketiga
Rio berusaha menahan Ziva, tapi sayangnya sang istri telah pergi dengan mobil yang dipesannya. Sikap dingin dan kemarahan Ziva tak pelak membuat Rio panik, belum lagi ia harus menghadapi Diani dan memberikan penjelasan padanya. Tak ingin ambil pusing, Rio kembali ke garasi dan…
ReadmoreChapter 7: Teguran Keras Ayah Mertua
Rio tak serta merta keluar kelasnya setelah mata kuliahnya selesai. Ia sibuk menyusun lembaran fotokopi dari kertas yang telah usang mengenai peradaban kota tua Mesopotamia. Saat mahasiswa/mahasiswinya keluar kelas, Anastasia masih berada di dalam dan melihat lurus ke depan, tepat di mana…
ReadmoreChapter 8: Gregory Abel, Serigala Tanah Lenin
“Samanta, apa Tuan Hugo sudah menghubungi lagi? “Belum, Pak. Apa perlu saya telepon beliau?” tanya wanita pirang berparas cantik hidung mancung. “Tidak, biarkan saja. Aku percaya dengan kinerjanya.” Seorang pria memakai kemeja hitam panjang tanpa jas dengan potongan rambut pendek hitam…
ReadmoreChapter 9: Bibir Merah di Kerah Baju Suamiku
Sepanjang malam Ziva berada di ruang kerjanya, menyelesaikan desainnya untuk tuan Hugo, sedang Rio tidur sendiri di ranjang mereka yang cukup besar. Mata lelah dan tubuh pegal sangat dirasakan oleh Ziva, dia melihat jam di dinding ruang kerjanya menunjukkan pukul 05.00 pagi. Rasa…
ReadmoreChapter 10: Undangan ke Rusia
“Bibir siapa yang berani naik hingga ke kerah baju kamu, Mas?” delik Ziva melihat gambar bibir merona dengan lipstik merah darah di kerah baju kiri suaminya. “Oh, ini. Punya salah satu mahasiswiku,” singkat Rio memberi penjelasan. “Mahasiswimu?” Ziva menaikkan salah satu…
ReadmoreChapter 11: Pergi Tanpa Izin Suami
Rio sangat terkejut mendengar pernyataan Ziva. Ia buru-buru mengelak segala tudingan sang istri. “Kamu ngomong apa, sih, Ziva? Pengkhianatan, nusuk dari belakang? Aku nggak ngerti ucapan kamu,” kilah Rio. “Kita duduk dan bicarakan baik-baik, ya, Sayang. Jangan pakai kepala panas.” Rio merangkul sang…
ReadmoreChapter 12: Pesan Terakhir
Waktu menunjukkan pukul 12 siang, saat jam makan siang, beberapa dosen di gedung rektorat meninggalkan tempat itu, kecuali Rio, Diani, dan Arnold. Ketiganya masih kasak-kusuk merapikan beberapa file di laptop masing-masing. “Nggak turun?” Arnold menghampiri Diani. “Nggak, kalau mau turun…turun aja sendiri,” ucap…
ReadmoreChapter 13: Sebuah Awal yang Baru
“ZIVA!!!!” Teriakan Rio membuat Angel dan beberapa karyawan lain spontan terkejut dan sling lempar pandang melihat aneh suami Ziva ini. “Pak Rio? Kenapa Bapak ke sini? Nggak antar bu Ziva?” tanya Angel sedikit bingung dengan perilaku Rio. “Jadi benar Ziva akan pergi ke…
ReadmoreChapter 14: Di Bawah Langit Moskow
Ziva dan sang papa duduk bersebelahan. Dari balik kaca pesawat, ia melihat kumpulan awan yang menutup bulan tampak indah di matanya. Hendardi diam-diam memperhatikan tingkah laku putrinya, lelaki paruh baya tersebut melihat ada raut kesedihan di wajah Ziva, tapi lagi-lagi karena harga diri…
ReadmoreChapter 15: Saingan Baru
“Apa?” Ziva membelalakkan kedua matanya. “Kenapa, Nona Zivanna? Apa ucapan saya ada yang salah?” tanya Hugo terkejut dengan reaksi Zizi. “M-maaf, Tuan Hugo. Saya hanya kaget saja,” ucapnya tersenyum pasi. Zeva? Bekerjasama dengan dia? Bagaimana bisa? batin Ziva tak habis pikir. Di lain…
ReadmoreChapter 16: Underestimated
Malam harinya, Ziva mulai menempati apartemen mewah bertipe Loft tersebut. Dirinya hampir lupa tengah memiliki masalah dengan sang suami. Dan lupa mengaktifkan ponselnya sejak tiba di Rusia. Ziva mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya, saat diaktifkan banyak panggilan tak terjawab dari Rio…
ReadmoreChapter 17: Tempat Istimewa
Sehari sebelumnya, “Bagaimana tempat yang kuminta kau sediakan untuk Nona Zivanna, tuan Hugo? Apakah sudah siap?” tanya Abel melalui ujung telepon. [Semua sudah diatur, tuan. Jangan khawatir] “Aku ingin melihat arsitek kita dengan jelas tanpa terhalang apapun!” [Baik, tuan] Hugo teringat akan percakapannya…
ReadmoreChapter 18: Tak Sesuai Harapan
Zeva sangat puas setelah melihat sang kakak kesakitan. Ia tak rela jika panggung yang seharusnya miliknya dibagi dengan Ziva. “Jangan pernah bermain api denganku, Kak jika kau tak ingin terbakar!” ujarnya meninggalkan meja kerja Ziva dan kembali ke mejanya. *** Abel melihat secara…
ReadmoreChapter 19: Ajakan Tak Terduga
Sore berangsur senja, Abel berganti pakaian dengan seragam kurator. Dengan menggunakan transportasi publik, ia menuju Istana Musim Dingin yang terletak di Saint Petersburg. Udara musim semi namun seperti winter tak menyurutkan langkahnya menuju tempat yang telah dilakoninya selama setahun itu, ada kepuasan tersendiri…
ReadmoreChapter 20: Pertama Kali Melihatmu
Sore harinya, Ziva bersama Hugo turun dari lantai atas bersama-sama. Saat beberapa pegawai masih sibuk, mereka berdua pergi meninggalkan kantor. Zeva melihat kepergian sang kakak dan atasan mereka. Pikirannya mulai tak karuan dan mengompori Monica. “Nona Monica, apa Anda lihat Ziva dan tuan…
Readmore